Tuesday 8 April 2008

Roy Suryo vs bloger Indonesia

Roy Suryo vs bloger Indonesia

Situs Partai Golkar dibobol. Foto wajah pakar telematika Roy Suryo disusupkan bersama dua cewek bule. Reaksi atas komentar Roy Suryo yang sering memojokkan bloger Indonesia?

Di salah satu halaman web Partai Golkar itu pada Jumat pagi kemarin terpasang foto Roy Suryo, dosen teknologi informasi yang juga konsultan di Unit Pusat Identifikasi Mabes Polri, dengan teks:

“Haiiiiiii… Jumpal agi….. dgn Tante Roy. Adyuh Mana Ujyan Ga da Ojyek Bechex Bechex *iklan cincha dolo ya pak admin* Maap pak admin cuma pengen titip numpang pesen aja… buat Tante Roy.”

Saat artikel ini kutulis pukul 2.30 Sabtu siang, situs Golkar sudah tidak bisa lagi diakses. Tidak jelas apakah sengaja ditutup sementara oleh pihak Golkar. Selanjutnya pesan dari hantu belau Internet itu berbunyi:

“Adyuh Roy Roy… please deyyy jangan suka NATO deh yey, jadi nye kayak yang nepsong gede tenaga kurang gitu bo. Geli2 gimanaaa gitu dengernye aih.. mati. eik curiga jangan2 yey sekong ya bow, maen tuduh2 blogger.. dihhh malu deh…. Secara eik kan bukan blogger kaleee. Ya udeh, kiss by dulu yah buat om roy. Maap ye pak mentri, om admin, cuma intermesum aje dari eik.. aih intermesso maksudnye, kite2 dukung pak mentri kok.. :)) dari siapakah.akyu@yahoo.com. thx buat ortuku yang sudah menciptakan seekor monster. The Deranger Products of Evil Coder.”

Beberapa hari sebelumnya web Departemen Komunikasi dan Informasi juga sempat dibobol dengan pesan yang hampir sama. Foto wajah Roy Suryo ditempelkan pada gambar tubuh bertelanjang dada seorang pemuda. Si pembobol menitipkan alamat email yang sama: siapakah.akyu@yahoo.com.

Sebenarnya bukan kali ini saja Roy Suryo diserang secara kasar di Internet. Terdapat puluhan forum seperti milis dan weblog yang sudah sejak beberapa tahun terakhir selalu memojokkan Roy Suryo. Bahkan ada satu situs yang dibuat khusus untuk “menghujat” dan mencari-cari kelemahan Roy. Ada bloger kondang Indonesia yang secara resmi menyatakan diri mendukung situs anti-Roy Suryo itu.

Tentang pembajakan foto dan namanya di situs-situs pemerintah, Roy Suryo kepada Media Indonesia mengatakan, “Yang patut dikhawatirkan adalah tindakan para blogger negatif tersebut bisa merugikan pemerintah dan siapa saja yang menjadi korban mereka.” Sebelumnya kepada Detik dia juga berkata bahwa bloger adalah tukang bohong, penipu, dan tidak bisa dipercaya.

Menurut Blog Berita, tidak semua pendapat Roy itu benar, dan juga tidak total salah. Belum lama ini nama Roy dibajak oleh bloger tak dikenal dengan mendaftarkan weblog gratis di Blog Detik. Dengan tegas Roy membantah bahwa situs itu bukanlah miliknya.

Sepengetahuanku, genderang perang antara “kalangan bloger” dengan Roy ditabuh pertama sekali oleh Roy, yaitu dengan mengatakan bahwa blog adalah tren media sesaat dan tulisan bloger tidak bisa dipercaya. Aku kurang tahu apa yang membuat Roy sampai pada kesimpulan itu. Sebagai pakar TI yang sering tampil di tivi, radio, dan koran-koran, seharusnya dia sudah tahu bahwa justru weblog adalah tren media yang sedang naik daun. Bahkan seorang konglomerat media sekelas Rupert Murdoch telah menyatakan, beberapa tahun ke depan media konvensional seperti koran dan tivi tidak akan lagi mendominasi opini publik; media online, termasuk blog, sedang mengambil-alih pembentukan opini publik. Suratkabar akan ditimpa media Internet, katanya. Sejak pendapatnya itu, telah banyak koran menjadi lebih serius membuat dan meningkatkan mutu situsnya.

Di Amerika Serikat sendiri, negara dengan pers paling bermutu, bloger bahkan telah diakui posisinya sebagai bagian dari pers. Di sana bloger diberi akses meliput ke lembaga-lembaga pemerintah. Memang tidak otomatis semua bloger adalah wartawan, tapi bloger bisa jadi wartawan.

Jujur saja, membaca komentar-komentar Roy Suryo di media yang sering menuding bloger sebagai pembohong, aku pribadi juga merasa tidak bisa menerimanya. Benar, ada bloger pembohong, ada bloger anonim yang menulis secara tidak bertanggung jawab, ada bloger yang kerjanya cuma memaki-maki orang lain dan agama lain. Tapi statemen Roy sejak awal telah ditujukan kepada semua bloger tanpa pandang bulu. Inilah yang menurutku membuat banyak bloger marah dan sering mem-posting tulisan yang mengejek Roy.

Aku setuju ketika bloger Indonesia ramai-ramai menulis artikel mengkritik Roy. Tapi aku tidak setuju dengan cara sebagian bloger yang memakai kata-kata tidak etis, bahkan sering kasar dan memaki. Kalau bloger masih terus mengkritik Roy dengan hujatan seperti itu, maka akan semakin benarlah apa yang selalu dikatakan Roy tentang bloger Indonesia.

Ada harapanku bahwa bloger-bloger senior Indonesia — yang di antaranya bekerja sebagai dosen, pegawai pemerintah dan swasta, yang bergelar tidak cuma S1 — mau mengambil sikap tegas untuk mengembalikan arus kritik terhadap Roy pada jalur yang benar dan beretika. Bloger senior tidak seharusnya diam, apalagi kalau ikut-ikutan mengkritik Roy dengan hujatan dan sintilan bernada nyinyir alias iri.

Kalau kita, kalangan bloger, masih terus memaki-maki Roy, maka yang kita tinggalkan kepada generasi penerus lewat jejak Internet adalah kepicikan berpikir. Kita harus bisa mengkritik Roy dengan lebih elegan, dengan komentar lebih bermutu ketimbang hanya, “Hai, Roy, lo pakar TI ya!” Bila kita hanya mengumpat Roy karena dia sering diklaim media sebagai pakar TI, diakui sebagai saksi ahli di pengadilan, sering didaulat membawakan talk show teknologi informasi di tivi, maka sebenarnya kita hanya membuktikan bahwa kita sedang cemburu padanya.

Apa hak kita untuk protes kalau media menyebutnya sebagai pakar TI? Kupikir media sebesar majalah Tempo, harian Kompas, dan Metro TV tidaklah dungu dengan menyematkan label pakar TI pada Roy.

Ayo, kawan bloger, kritiklah Roy dengan lebih bermutu, jangan cuma karena iri.

Jarar Siahaan di Tanah Batak, di sebuah kota kecil di tepi Danau Toba.

0 comments: